Mengoptimalkan Tingkat Kepatuhan Pembentuk Undang-Undang Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Melalui Metode Weak-Form Review
Abstract
Semenjak hampir 20 tahun berdirinya, terdapat salah satu masalah inheren dalam kinerja Mahkamah Konstitusi, yaitu seringnya putusan yang dibentuk oleh Mahkamah Konstitusi tidak dipatuhi oleh institusi-institusi politik seperti Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat, terutama dalam putusan yang efeknya mengharuskan kedua institusi tersebut meresponnya dalam bentuk undang-undang baru atau revisi terhadap undang-undang yang ada. Melalui penelitian ini maka penulis hendak mencari tahu alasan apa yang membuat pembentuk undang-undang kerap tidak mematuhi putusan Mahkamah Konstitusi, adapun dalam tulisan ini sendiri penulis menemukan bahwa pembentuk undang-undang seringkali tidak mematuhi putusan Mahkamah Konstitusi sebab mereka kerap memandang Mahkamah ketika membatalkan undang-undang yang telah mereka bentuk sebagai rival politiknya. Berdasarkan alasan tersebut, maka penulis dalam tulisan ini mendorong Mahkamah untuk lebih banyak memutus menggunakan metode weak-form review dalam perkara pengujian konstitusionalitas undang-undang, yaitu suatu metode pembuatan putusan yang akan menempatkan pembentuk undang-undang sebagai penentu terakhir validitas suatu norma. Dalam tulisan ini penulis menemukan bahwa metode ini selain kompatibel dengan budaya politik Indonesia yang menekankan prinsip musyawarah-mufakat juga mampu meminimalisir peluang timbulnya konflik antara Mahkamah Konstitusi dengan pembentuk undang-undang, dan pada praktiknya pun putusan jenis ini terbukti mampu mendorong pembentuk undang-undang untuk secara sukarela mematuhi putusan Mahkamah.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Buku
Asril (Et. Al), Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia Pasca 2009, (Jakarta: East-West Center dan LeIP, 2021).
Lars Vinx (Ed.), The Guardian of the Constitution: Hans Kelsen and Carl Schmitt on the Limits of Constitutional Law, (Cambridge: Cambridge University Press, 2015).
Mark Tushnet, Weak Courts, Strong Rights Judicial Review and Social Welfare Rights in Comparative Constitutional Law, (Princeton: Princeton University Press, 2008).
Melissa Crouch (Ed.), The Politics of Court Reform: Judicial Change and Legal Culture in Indonesia, (Cambridge, Cambridge University Press, 2019).
Ran Hirschl, Comparative Matters: The Renaissance of Comparative Constitutional Law, (Oxford: Oxford University Press, 2014).
Rosalind Dixon dan Tom Ginsburg (Eds.), Comparative Constitutional Law in Asia, (Cheltenham: Edward Elgar, 2014).
Sebastian Pompe, The Indonesian Supreme Court: A Study of Institutional Collapse, (Ithaca: Cornell Southeast Asia Program, 2005).
Simon Butt, The Constitutional Court dan Democracy in Indonesia, (Leiden: Brill, 2015).
Stefanus Hendrianto, Law and Politics of Constitutional Court: Indonesia and the Search for Judicial Heroes, (New York: Routledge, 2018).
Tim Penyusun, Naskah Komprehensif Perubahan Undang-Undang Dasar 1945: Latar Belakang, Proses, dan Hasil Pembahasan 1999-2002, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2010).
Makalah/Artikel/Prosiding/Hasil Penelitian
Benjamin H. Tahyar, Patrimonialism, Power and The Politics of Judicial Reform in Post-Soeharto Indonesia: An Institutional Analysis, (Disertasi: School of Oriental and African Studies University of London, 2012).
Björn Dressel, “Megapolitical Cases Before the Constitutional Court of Indonesia Since 2004: An Empirical Studyâ€, Constitutional Review 4, No. 2 (2018).
Daniel S. Lev, Judicial Authority and the Struggle for an Indonesian Rechtsstaatâ€, Law & Society Review 13 (1978).
Denny Indrayana dan Zainal Arifin Mochtar, “Komparasi Sifat Mengikat Putusan Judicial Review Mahkamah Konstitusi dan Pengadilan Tata Usaha Negaraâ€, Jurnal Mimbar Hukum 19, No.3 (2007).
Jeffrey A. Winters, “Oligarchy and Democracy in Indonesiaâ€, Indonesia 96, No. 11 (2013).
Koichi Kawamura, “Consensus and Democracy in Indonesia: Musyawarah-Mufakat Revisitedâ€, Institute of Developing Economies Discussion Paper, No. 308 (September 2011).
Marcus Mietzner, “Political Conflict Resolution and Democratic Consolidation in Indonesia: The Role of Constitutional Courtâ€, Journal of East Asian Studies 10 (2010).
Mark Tushnet, “Relation Between Political Constitutionalism and the Weak-Form Reviewâ€, German Law Journal 14, No. 12 (2013).
Stephen Gardbaum, “Are Strong Constitutional Courts Always a Good Thing for New Democracies?â€, Columbia Journal of Transnational Law 53 (2015).
Theunis Roux dan Fritz Siregar, “Trajectories of Curial Power: The Rise, Fall and Partial Rehabilitation of the Indonesian Constitutional Courtâ€, Australian Journal of Asian Law 16, No. 2 (2016).
Tri Sulistyowati, M. Imam Nasef, dan Ali Ridho, Constitutional Compliance atas Putusan Mahkamah Konstitusi oleh Lembaga-Lembaga Negara, (Laporan Penelitian: Pusat Penelitian dan Pengkajian Perkara Mahkamah Konstitusi, 2019).
Internet
Abdurrachman Satrio, “A Strategic Move or a Missed Chance? An Analysis of the Indonesian Constitutional Court Decision on the Omnibus Law on Job Creationâ€, International Association of Constitutional Law Blog (17 Februari, 2022), https://blog-iacl-aidc.org/new-blog-3/2022/2/17/a-strategic-move-or-a-missed-chance-an-analysis-of-the-indonesian-constitutional-court-decision-on-the-omnibus-law-on-job-creation (diakses 03 Maret, 2022).
Admin, “Baleg Setujui Revisi UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan jadi Inisiatif DPRâ€, Media Indonesia (07 Februari, 2022), https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/469812/baleg-setujui-revisi-uu-pembentukan-peraturan-perundang-undangan-jadi-inisiatif-dpr (diakses 03 Maret, 2022).
Direktorat Jenderal Anggaran, “Anggaran Pendidikan dalam APBN 2009â€, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, (1 Desember. 2008), http://www.anggaran-old.kemenkeu.go.id/dja/edef-konten-view.asp?id=565 (diakses 27 Februari, 2022).
Iqbal Basyari, “Badan Legislasi DPR Kebut Revisi UU Pembentukan Peraturan Perundang-undanganâ€, Kompas (03 Februari, 2022), https://www.kompas.id/baca/hukum/2022/02/03/badan-legislasi-dpr-kebut-revisi-uu-pembentukan-peraturan-perundang-undangan (diakses 03 Maret, 2022).
Stefanus Hendrianto, “The End of the Beginning of Abusive Constitutional Borrowing in Indonesia: On the Suspension Order of the Omnibus Law of Job Creationâ€, Blog of the International Journal of Constitutional Law (12 Februari, 2022), http://www.iconnectblog.com/2022/02/the-end-of-the-beginning-of-abusive-constitutional-borrowing-in-indonesia-on-the-suspension-order-of-the-omnibus-law-of-job-creation/ (diakses 03 Maret, 2022).
Peraturan Perundang-Undangan dan Putusan Hakim
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-I/2003.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 012-016-019/PUU-IV/2006.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 91/PUU-XVIII/2020.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
DOI: http://dx.doi.org/10.33331/rechtsvinding.v11i1.833
Refbacks
- There are currently no refbacks.